Monday, June 7, 2010

Pasuruan Tertibkan Arah Kiblat

Do you ever feel like you know just enough about indonesia to be dangerous? Let's see if we can fill in some of the gaps with the latest info from indonesia experts.
NUSANTARA - JATIM

BANGIL - Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Pasuruan baru-baru ini melakukan koordinasi dan sosialisasi tentang arah kiblat di beberapa masjid. Lalu dilanjut dengan pengukuran oleh tim Kemenag Jatim dan daerah bersama badan hisab dan rukyat (BHR). Ada sebelas masjid besar di Kabupaten Pasuruan diukur. Hasilnya, tim mencatat ada pergeseran sekitar 0,1 sampai 8 derajat dari arah kiblat. Kasi Urusan Agama Islam (Urais) Kemenag Kabupaten Pasuruan Munif Armuza mengakui hal itu. Munif menceritakan, iktikad untuk menertibkan arah masjid/musalla itu sesuai dengan ainul ka`bah (kiblat yang mendekati kenyataan).

"Sebenarnya kami hanya meneruskan kebijakan dari Kemenag Pusat. Dan sesuai dengan kajian dan telaah, ditengarai karena gempa terjadi beberapa kali, maka terjadi pergeseran dari lempengan bumi. Ini berpengaruh pada arah kiblat," ujar Munif.

Munif menceritakan pada awal Januari 2010 lalu ada seminar di UII Jogjakarta. Dari hasil kajian itu kemudian dibentuk tim yang melibatkan Depag, pakar geofisika, kementerian dan unsur ormas Islam.

"Sampai akhirnya, Pak SDA (Menteri Agama Suryadharma Ali, Red) menghadap Presiden untuk membicarakan hal ini. Kemudian masjid Baiturrahim di Istana menjadi salah satu masjid yang sempat diukur. Dan ternyata betul, ada pergeseran sekitar lima derajat dari ainul kakbah," cetus Munif. Nah, dari hasil kajian tersebut, lanjut Munif, pihak dirjen bimas Islam dan juga pembinaan syariah meminta ada pengukuran masjid se-Indonesia. Sementara, untuk di wilayah Kabupaten Pasuruan dilakukan pertemuan terlebih dulu agar tidak muncul konflik.

"Dari hasil koordinasi dengan ormas Islam, maka perlu dilakukan sampel dulu. Ada 10 masjid yang ada barat, timur, utara dan selatan, plus 1 masjid besar Bangil yang diukur. Pengukuran dilakukan 5-10 Mei lalu," imbuh Munif. Dari hasil pengukuran 11 masjid itu menggunakan beberapa alat geofisika. Mulai kompas, GPS maupun alat lain. Saat pengukuran juga disaksikan takmir masjid dan perwakilan unsur ormas terkait.

Sometimes the most important aspects of a subject are not immediately obvious. Keep reading to get the complete picture.

Pihak Kemenag juga meminta ada klarifikasi dari takmir masjid maupun ormas Islam soal hal ini. Sebab, dari sampel 11 masjid besar ini, akan ditindaklanjuti masjid besar ke beberapa masjid/musala lain di wilayahnya.

"Setelah dilakukan pengukuran, kami juga berikan sertifikat. Prinsip dari pengukuran ini, kami tidak menekankan pada perubahan fisik masjid. Biarkan masjid tetap seperti itu. Hanya saf­-nya saja yang bergeser," tegasnya.

Munif meminta hal ini tidak menjadikan resah di kalangan umat. Sebab, ini menjadi koreksi bersama untuk kesempurnaan syarat salat. "Bagaimanapun juga, salat kita semua sudah ditegaskan harus menghadap satrol masjidil haram. Justru ini adalah persoalan yang vital untuk kemantapan salat kita semua," cetusnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kabupaten Pasuruan KH Yazid Manan mengaku belum sepenuhnya menerima program kemenag ini. Ia malah khawatir justru dengan aksi pengukuran masjid yang dilakukan tim dari kemenag bisa meresahkan jamaah.

"Terus terang ada kekhawatiran ini bisa meresahkan jamaah masjid. Tapi, saya mengimbau agar umat tetap tenang. Jangan risau dan resah," cetus Yazid, saat dihubungi kemarin. Yazid juga belum sepenuhnya percaya soal alat yang digunakan. Selain alat yang bisa juga salah, pihak kemenag sehaarusnya juga mempertimbangkan pendapat beberapa imam masjid.

Selain itu, sesuai dalih usul fiqih, Al ijtihad la yunqodlu bil ijtihad (Ijtihad itu tidak bisa dikalahkan oleh ijtihad yang baru), maka Yazid menilai pengukuran masjid inipun belum bisa mengalahkan sesuatu yang sudah lama ijtihad dilakukan umat Islam terdahulu. "Saya kira ini masih banyak pro kontranya," imbuhnya. (day/aj/jpnn)

Knowing enough about indonesia to make solid, informed choices cuts down on the fear factor. If you apply what you've just learned about indonesia, you should have nothing to worry about.

No comments:

Post a Comment