Saturday, September 24, 2011

Toxic Tour, Mendekatkan Diri pada Alam dan Manusia

Artikel berikut berisi informasi terkait yang mungkin menyebabkan Anda untuk mempertimbangkan kembali apa yang Anda pikir Anda mengerti. Yang paling penting adalah untuk belajar dengan pikiran terbuka dan bersedia untuk merevisi pemahaman Anda jika perlu.
JAKARTA, KOMPAS.com - Tak banyak disadari, di sekeliling kita kini telah dipenuhi oleh berbagai racun berbahaya, Mulai dari asap kendaraan dan rokok serta debu yang sehari-hari kita hirup.

Usaha menggugah kesadaran akan berbagai hal berbahaya itu mencoba dilakukan Jaringan Advokasi Tambang melalui kegiatannya Toxic Tour: One Day Trip of Light Offroad, Sabtu (24/9/2011) di Desa Leuwikaret, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Perjalanan dimulai sekitar pukul 07.30 pagi dari markas Jatam di Jalan Mampang Prapatan II Jakarta. Di situ, selain para dedengkot Jatam, ikut pula para offroaders, mahasiswi, wartawan, hingga pehobi fotografi.

Rombongan menggunakan empat mobil gaek bermesin gardan ganda. Kompas, menumpang Toyota Landrover merah tahun 1981 milik seorang offroaders di Jakarta. Saat keluar dari Jalan Tegal Parang untuk memutar di Pancoran, sambutan racun pertama dari asap bus Kopaja menyeruak memasuki kaca samping mobil yang dibiarkan terbuka.

"First toxic," ucap Christ, aktivis lingkungan asal Belgia, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia mengaku heran dengan bus Kopaja yang dibiarkan mengeluarkan asap sedemikian hitam pekat oleh penegak hukum maupun pemerintah.

Dari Jalan MT Haryono, rombongan mengambil arah menuju ruas tol Cawang-Cibubur. Kabin kendaraan yang terbuka membuat udara semilir pagi nyaman dinikmati.

Namun, hal itu segera harus berakhir karena berganti aroma tidak sedap, berbau busuk, menusuk hidung dari sebuah truk pengangkut sampah yang berjarak sekitar 300 meter.

Sebagian besar informasi ini berasal langsung dari pro
bejubel market place terbaik indonesia. Hati-hati membaca untuk mengakhiri hampir menjamin bahwa Anda akan tahu apa yang mereka ketahui.

Perjalanan sempat terganggu karena salah satu mobil rombongan, Jip Suzuki "rewel". Bahan bakar tidak mau naik ke karburator. Untungnya ini terjadi di tempat peristirahatan sementara. Sehingga, para offroaders yang telah terbiasa menjadi dokter pribadi bagi mobilnya untuk membereskan permasalahan itu. Setelah satu jam bergelut, akhirnya mobil bisa di-starter dan perjalanan dilanjutkan.

Sasaran rombongan kali itu adalah melihat kondisi areal pertambangan kapur PT Indocement di Desa Leuwikaret, Kabupaten Bogor. Tak mudah mencapainya. Dengan melintasi jalan tanah bergelombang dan terjal, rombongan bisa melihat kondisi areal pertambangan sejak tahun 1970-an itu sepi di hari Sabtu.

"Tidak ada peledakan kalau Sabtu-Minggu. Jadi kami bisa mengambil kapur," ucap seorang warga yang setiap hari menggantungkan hidupnya dari mengais sisa-sisa kapur yang tak terangkut truk perusahaan.

Saat angin bertiup, debu beterbangan. Kerukan-kerukan alat berat membuat suasana perbukitan karst itu menjadi sangat panas dan silau.

Siti Maimuna, aktivis Jatam yang juga lulusan Ilmu Tanah, mengatakan zat beracun juga bisa muncul dari tanah yang dibongkar. "Tanah yang dibongkar bereaksi dengan udara dan air, menjadi zat asam tambang. Zat ini bisa mengalir ke permukiman atau sungai,"ucapnya.

Namun diakui, keluhan warga maupun temuan akan zat asam tambang itu belum dimiliki Jatam. "Ini lokasi yang baru dan kami baru kemari hari ini. Kami mencoba mencari contoh daerah pertambangan dekat Jakarta untuk dipantau," ucapnya.

Selain melihat pertambangan besar itu, kegiatan pun berlangsung menyenangkan. Kami dibawa ke rumah warga yang menyediakan hidangan kopi hasil petikan sendiri serta kudapan berupa getuk yang "dicocol" kelapa sangrai manis.

Tak cukup di situ, Jatam pun membagikan satu kardus berbagai jenis buku bertema lingkungan kepada Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Islam di Kampung Cioray, Leuwikaret. Senyum dan tawa anak-anak setara sekolah dasar itu masih lebar meski dua jammenanti kedatangan kami.

"Semoga membuat adik-adik semakin peduli pada lingkungan sekitar ya," ucap Uteng Nenas, aktivis Jatam. Perjalanan pun berlanjut hingga larut petang dengan berbagai pengalaman berharga selama satu hari perjalanan di Leuwikaret. 

Sebagai pengetahuan Anda tentang
bejubel market place terbaik indonesia terus tumbuh, Anda akan mulai melihat bagaimana
bejubel market place terbaik indonesia cocok ke dalam skema keseluruhan hal. Mengetahui bagaimana sesuatu berhubungan ke seluruh dunia juga penting.

No comments:

Post a Comment